Banjir Berita Banjir.

Awal tahun baru 2014 disambut dengan gegap gempita, gemuruh suara dan pancaran cahaya kembang api, pesta panggung-panggung hiburan memenuhi sepanjang malam pergantian tahun.

Bumi seakan berguncang oleh dentuman, langit seakan membara oleh pijaran, dan bintang seakan tertelan oleh pancaran cahaya dan asap : kembang api.  Malam itu manusia seakan berlomba-lomba membombardir langit dengan kembang api, bernyanyi dan menari riang mengiringinya. Semua berkerumun dibawah panggung pesta kemeriahan.

Berita-berita di semua media massa dipenuhi liputan meriahnya pesta malam tahun baru.  Seakan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi pada hari itu luput dari perhatian.

Hal yang sungguh sangat ironi justeru terjadi di pertengahan bulan awal tahun 2014.  Hanya berselang dua minggu saja setelah pesta meriah itu, tiba-tiba semua berita beralih pada situasi yang sungguh bertolak belakang.  Ketika pesta berganti nestapa.

Hujan deras yang berhari-hari mengguyur wilayah Indonesia telah membawa situasi hampir sama, tapi dengan rasa yang sangat berbeda.

Kini, langit seakan membalas “serangan” kita di malam tahun baru kemarin.  Langit seakan melakukan serangan balik dengan rentetan petir yang menggelegar dengan gemuruh yang lebih keras, dan cahaya yang lebih benderang. Langit menutup matahari dengan hamparan mendung tebal yang bergayut, dengan angin yang keras menerpa. Langit tengah membuat pesta tandingan.

Banjir menerjang di hampir seluruh bumi Nusantara.  Di kota dan di desa, di Jawa dan pulau-pulau lainnya.  Isi beritanya relatif sama : banjir melanda.

Kota-kota yang pada malam tahun baru menjadi pusat pesta dan kemeriahan, kini menjadi pusat derita dan kesedihan.  Mereka-mereka yang kemarin pamer keceriaan, kini pamer kesusahan.  Berita yang kemarin dibanjiri antusiasme menyambut tahun baru, kini benar-benar dibanjiri berita banjir.

Sungguh sebuah cerita pilu yang yang disajikan di awal tahun yang baru ini. Lalu apa yang bisa kita hayati dari semua ini?

Leave a comment